Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Firasat Malam, Syukur Pagi

Malam itu, tempat jualan terasa lebih melelahkan dari biasanya. Jam menunjukkan pukul sembilan, dan aku bersiap-siap untuk pulang.

Udara dingin Paguyaman menyambutku di perjalanan, tapi pikiranku sudah melayang ke rumah. Istriku yang pasti sudah menyiapkan makan malam sederhana, dan pelukan hangat setelah hari yang panjang.

Tiba-tiba, notifikasi chat berdering lembut di ponselku.

Dari istriku:

“Sayang, tolong belikan aku test pack ya? Aku merasa aneh seharian ini. Hati-hati di jalan, jangan lupa pake helm pake jaket, kaus kaki dan kaus tangan.”

Begitu kebiasaannya mengingatkanku.

Hatiku berdegup tak karuan. Test pack? Kami sudah lama berharap, berdoa, dan berusaha untuk momen itu. Aku membalas cepat,

“Iya, sayang. Sebentar lagi ini somo otw.”

Sepanjang perjalanan pulang, pikiranku berputar-putar, apakah ini firasat? Atau hanya harapan kosong lagi?

Apotek di Wonggahu menjadi pit stop dadakan. Aku membeli test pack yang paling terpercaya, menyembunyikannya di saku jaket seperti rahasia berharga.

Sampai di rumah, istriku menyambut dengan senyum lelah tapi penuh arti, matanya berkaca-kaca.

“Terima kasih, Kak. Aku tak sabar besok pagi.”

Adzan Subuh membangunkan kami lebih awal dari biasanya, seolah alam pun ikut menanti. Cahaya fajar menyusup melalui jendela kayu yang sederhana, menerangi wajah istriku yang penuh antisipasi.

Ia memasuki kamar mandi, dan aku menunggu di luar, berdoa dalam diam:

“Ya Allah, jadikanlah ini kabar gembira.”

Tak lama, pintu terbuka. Ia keluar dengan test pack di tangan, dua garis merah muda yang tegas seperti tanda centang dari langit.

“Positif, Kak! Aku hamil!”

Hari-hari jadi suami

Jeritannya pecah, diikuti pelukan yang hangat dan air mata bahagia yang membasahi pipi.

Kami tertawa, menangis, dan berbisik syukur, sebuah ledakan emosi yang tak terbendung setelah perjuangan panjang.

Dunia seolah berhenti sejenak, hanya ada kami berdua dan janji kecil yang tumbuh di rahimnya.

Segera kami berwudhu dan menata sajadah untuk sholat Subuh berjamaah. Takbiratul ihram kami ucapkan lebih khusyuk, rukuk dan sujud terasa lebih dalam.

Doa-doa kami kini bertambah. Permohonan kesehatan untuk calon bayi, kekuatan untuk menjadi orang tua yang baik, dan limpahan rahmat-Nya untuk keluarga kecil yang akan segera bertambah.

Saat salam penutup, sinar matahari pagi menyinari kami, seolah menyaksikan awal dari babak baru.

Perjalanan pulang dari bekerja sampai malam sebelumnya bukan lagi sekadar rutinitas yang melelahkan, melainkan jembatan kecil menuju mukjizat yang tak terduga.

Firasat samar di hembusan angin dingin Paguyaman dan Wonosari kini berbunga menjadi syukur yang abadi, mengingatkan bahwa di balik setiap chat penuh perhatian dan doa yang diam-diam, Tuhan selalu menyiapkan cerita indah, sebuah kisah keluarga yang akan kita rajut bersama, langkah demi langkah, hingga menjadi kenangan tak tergantikan.

Alhamdulillah untuk setiap detik yang membawa kita ke momen ini. Semoga keluarga kecil kami selalu dalam lindungan-Nya.