Dear Suamiku Tercinta: Catatan Hati untuk Pahlawan Hidupku
Halo, Suamiku. Tulisan ini mungkin terdengar lebay di matamu aku bisa bayangin kamu tersenyum kecil sambil geleng-geleng kepala membacanya.
![]() |
Tapi izinkan aku menuangkan apa yang ada di hati kecilku ini, untukmu, lelaki yang telah menjadi dunia dan akhiratku. Ini bukan sekadar kata-kata, ini ungkapan jiwa yang mungkin selama ini cuma tersimpan di diamku.
Terima Kasih untuk Segalanya
Terima kasih, Sayang. Terima kasih karena dari sekian banyak perempuan yang pernah singgah di hatimu dengan cerita dan pesona mereka masing-masing kamu memilihku.
Aku, yang kadang merasa biasa saja, ternyata jadi istimewa di matamu. Terima kasih atas cinta dan kasih sayangmu yang selalu terasa hangat, meski aku tahu kadang aku nggak pandai membalasnya dengan sempurna.
Terima kasih karena kamu rela berdiri di depanku sebagai imam terbaik, menuntunku dalam doa dan langkah hidup yang penuh liku.
Aku tahu, menjadi suami bukan perkara ringan. Bebanmu berat pekerjaan, tanggung jawab, mimpi-mimpi yang kamu kejar. Dan aku? Kadang aku merasa cuma jadi tambahan beban di pundakmu yang sudah penuh.
Maafkan aku, Sayang, jika selama ini aku belum bisa jadi istri yang sempurna seperti yang kamu harapkan. Maaf jika aku belum sepenuhnya bisa memberi kebahagiaan lahir dan batin yang kamu idamkan.
Maaf jika ada hari-hari di mana kamu melihat suami lain tertawa lepas bersama keluarganya, tapi bersamaku kamu mungkin cuma diam, menahan sesuatu yang nggak pernah kamu ucapkan.
Kekuranganku yang Aku Tangisi
Aku sadar, aku jauh dari kata sempurna. Maafkan aku atas semua kekuranganku mulai dari sifatku yang kadang childish, kebiasaanku yang bikin kamu geleng kepala, sampai hal-hal kecil yang mungkin mengusik harimu.
Maaf juga jika keluargaku ikut jadi bagian dari beban hidupmu. Aku tahu, menikah denganku bukan cuma soal kita berdua, tapi juga tentang dua dunia yang menyatu, dan aku nggak selalu bisa memastikan semuanya berjalan mulus untukmu.
Pernahkah kamu lihat aku menangis tiba-tiba di depanmu? Mungkin kamu bingung, “Loh, ini kenapa lagi?” Aku nggak pernah bilang, tapi sebenarnya air mata itu bukan karena kamu, melainkan karena aku sendiri.
Aku menangisi kekuranganku yang masih jauh dari harapanmu. Aku rindu kamu meski kamu duduk di sampingku, memainkan hp atau cuma diam sambil ngopi.
Rindu akan momen di mana aku bisa jadi istri yang bikin kamu bangga, bukan cuma pasangan yang cuma bisa bilang, “Maaf, aku belum bisa lebih baik.”
Di sudut hati kecilku, aku sering bertanya: “Apakah kamu bahagia bersamaku? Apakah menikah denganku adalah pilihan yang kamu syukuri setiap hari?” Aku takut jawabannya nggak seperti yang aku harapkan, tapi aku juga nggak berani tanya langsung.
Jadi, aku cuma bisa menulis ini, berharap kamu baca dan tersenyum atau mungkin ketawa kecil sambil bilang, “Istriku ini emang drama queen.”
Cinta yang Tak Pernah Padam
Suamiku, ketahuilah satu hal: aku sungguh mencintaimu. Cinta ini nggak cuma kata-kata manis yang aku ucap pas kita lagi mesra, tapi perasaan yang tumbuh setiap aku lihat kamu berjuang untuk kita.
Aku sayang kamu dari cara kamu bangun pagi dengan rambut acak-acakan, sampai tatapan leletmu pas aku cerita panjang tentang hari ini. Aku cinta kamu, bahkan di hari-hari aku merasa nggak pantas buat kamu.
Aku nggak punya banyak yang bisa aku beri saat ini. Nggak ada hadiah mewah atau kejutan besar yang bisa aku persembahkan. Yang aku punya cuma doa-doa yang aku panjatkan setiap selesai sholat, saat tangan ini terangkat dan hati ini berbisik pada Allah.
Semoga kamu sehat selalu, panjang umur, dilimpahkan rezeki yang barokah, dan diberi kekuatan untuk terus memimpin keluarga kecil kita. Aku ingin kita tua bareng, Sayang, saling gandengan tangan meski rambut kita udah memutih dan langkah kita pelan.
Cita-Cita Kecil Bersamamu
Aku punya banyak mimpi bersamamu mimpi sederhana yang mungkin terdengar biasa, tapi berarti banget buatku. Salah satunya, aku ingin selalu jadi makmum setiamu saat kita sholat bareng.
Mendengar suaramu membaca ayat-ayat suci, berdiri di belakangmu, dan merasa tenang karena aku tahu aku punya imam yang membawaku lebih dekat ke surga.
Aku juga mimpi kita bisa jalan-jalan bareng ke tempat yang kita suka, duduk di tepi pantai sambil cerita apa aja, atau cuma rebahan di rumah sambil nonton film yang penting bareng kamu.
Pesan dari Hati
Suamiku, jangan pernah berpaling, ya. Aku tahu, kekuranganku banyak mungkin terlalu banyak untuk dihitung. Tapi aku janji, aku bakal terus belajar jadi istri yang lebih baik buatmu.
Aku bakal coba jadi pendamping yang nggak cuma numpang hidup, tapi juga numpang bahagia bareng kamu.
Cintai aku, sayangi aku, meski kadang aku ngeselin atau bikin kamu pengen tarik napas panjang. Aku sayang kamu, cinta kamu, dan akan selalu begitu hari ini, besok, dan sampai kapan pun.
Mungkin kamu baca ini sambil cengar-cengir, bilang dalam hati, “Apaan sih ini, lebay amat.” Tapi buat aku, ini bukan lebay, ini hati yang berbicara.
Jadi, terima kasih udah sabar sama aku, Sayang. Aku nggak janji jadi sempurna, tapi aku janji bakal terus berusaha buat kamu suamiku tercinta, pahlawan hidupku.
